Saat ini, banyak orang menghabiskan banyak waktu mereka di dunia digital, baik untuk bekerja, belajar, atau berinteraksi dengan orang lain. Namun, dalam berinteraksi di era digital, penting untuk tetap mengedepankan etika yang baik. Etika oke dalam berinteraksi di era digital merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh semua orang.
Menurut Dr. Amelya Fitri, seorang pakar komunikasi, etika dalam berinteraksi di era digital sangat penting untuk menjaga hubungan antarindividu. “Dalam berinteraksi di dunia digital, kita perlu memperhatikan tata cara yang baik agar tidak menyinggung perasaan orang lain,” ujarnya.
Salah satu contoh etika oke dalam berinteraksi di era digital adalah dengan tidak menyebarluaskan informasi palsu atau hoaks. Menurut data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika Indonesia, penyebaran hoaks dapat merugikan banyak orang dan dapat menimbulkan konflik. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu memeriksa kebenaran informasi sebelum menyebarkannya.
Selain itu, etika dalam berinteraksi di era digital juga meliputi penggunaan bahasa yang sopan dan tidak mengandung pelecehan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dr. Dwi Astuti, seorang ahli psikologi, penggunaan bahasa yang kasar dan menghina dapat membuat orang lain merasa tidak nyaman dan dapat merusak hubungan antarindividu.
Dalam buku “Digital Etiquette” karya Susan M. Heathfield, disebutkan bahwa etika dalam berinteraksi di era digital juga meliputi penggunaan emoji dan emotikon yang sesuai dengan konteks percakapan. “Penggunaan emoji yang tepat dapat membantu menyampaikan emosi dan menjaga komunikasi tetap lancar,” tulisnya.
Dengan menerapkan etika oke dalam berinteraksi di era digital, kita dapat menciptakan lingkungan online yang lebih aman, nyaman, dan menyenangkan bagi semua orang. Jadi, mari kita sama-sama menjaga etika dalam berinteraksi di dunia digital!